Kamis, 25 Oktober 2012

Antara Hari Raya Kurban dan Khitan

"الله اكبر- الله اكبر- الله اكبر لااله الاالله والله اكبرالله اكبر ولله الحمد" Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar..... Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil - hamd.
Ketika suara takbir di malam Idul Adha nanti bergema , menyelinap di setiap relung hati manusia, terkadang saat itu terlintas dibenak kita akan peristiwa ‘penyembelihan Nabi Ismail ‘as. oleh ayahandanya sendiri yaitu Nabiulloh Ibrahim as. Atas perintah Alloh swt.

Yang menjadi pertanyaan sampai saat ini adalah; “ Benarkah perintah Alloh seperti itu ?” dan “Apa hubungan antara kurban dgn perintah khitan?

Semoga tulisan berikut ini bisa memberikan sedikit jawaban.

Agar tidak membingungkan, maka hal pertama yg kita kaji adalah masalah khitan.

Sempitnya pandangan kita terhadap ilmu-2 Alloh yg terjadi di jaman ini, semakin menambah keprihatinan kita sebagai manusia yg notabene mengaku umat Rosululloh Muhammad SAW. Padahal kita semua tahu dan mengerti bahwa di dlm diri Baginda Rosul terdapat suri tauladan yg baik. Tentunya bukan hanya perihal akhlaq dan budi pekerti beliau saja yg patut utk kita tiru, tetapi juga usaha-2 beliau di dlm mengkaji ilmu-2 Alloh yg ternyata di dalamnya terkandung rahasia-2 kehidupan yg belum sepenuhnya di ketahui oleh sebagian manusia di muka bumi ini. salah satu contoh adalah perintah Alloh yg wajib di laksanakan oleh semua umat muslim yaitu berupa khitan. Jujur saja, selama ini kita beranggapan bahwa fungsi utama perintah khitan hanyalah berkaitan dgn masalah kesehatan dan kewajiban setiap muslim saja. Padahal di balik perintah khitan tsb terdapat satu rahasia besar serta manfaat dari khitan itu sendiri. Bahkan sampai saat inipun, belum pernah ulama mengupas tuntas tentang rahasia di balik perintah khitan tsb.

Khitan

Seperti kita ketahui, sejarah khitan ini berawal dari zaman nabiulloh Ibrahim as. Beliau ini adalah pribadi yg sangatlah tekun dan istiqomah di dlm menjalankan ibadah kpd Alloh swt. Jiwa kedermawanannya pun belum bisa ditandingi oleh siapapun di zaman beliau.

Dalam satu riwayat dikisahkan nabi Ibrahim as. pernah berkurban seribu ekor unta. Atas kesungguhan beliau dlm ibadahnya kpd Alloh tsb, nabi Ibrahim as mendapatkan gelar Kholilulloh. Namun satu ketika Alloh swt menyampaikan kpd nabi Ibrahim as, bahwa semua ibadah-2 yg beliau lakukan tsb belum bisa sampai / di terima oleh Alloh swt. Alangkah sedihnya hati beliau mendengar firman Alloh saat itu. Dalam hati beliau dipenuhi tanda tanya, dosa apakah yg telah dilakukannya hingga Alloh swt tidak berkenan menerima ibadah beliau seumur hidupnya.

Sampai satu hari ,datanglah malaikat Jibril as menyampaikan wahyu dari Alloh swt. Isi dari wahyu tsb adalah, Alloh akan menerima ibadah-2 yg telah ataupun akan beliau lakukan, jika nabi Ibrahim as melakukan khitan. Karena hakikatnya di hadapan Alloh swt, manusia yg telah akhil baliq tapi belum berkhitan, berarti dia masih kotor di mata Alloh swt. Ketika itu usia nabi Ibrahim as sudah mencapai empat puluh tahun, dan dgn ikhlas beliau melaksanakan perintah khitan tsb demi tercapainya kesempurnaan ibadah-2 beliau lakukan. Jadi jelaslah bahwa perintah khitan yg diwajibkan Alloh swt disini merupakan landasan yg paling dasar bagi umat manusia sebelum melakukan ibadah-2 lainnya.

Lantas bagaimana halnya dgn anak kecil sudah melaksanakan sholat dan puasa serta ibadah yg lain? Alloh swt akan menangguhkan pahala dari setiap ibadah mereka, hingga saatnya mereka melakukan khitan nanti.

Kurban

Dalam satu riwayat disaat usia nabi Ibrahim as sudah mencapai delapan puluh tahun, beliau masih belum juga di karuniai seorang anak oleh Alloh swt. Namun dgn penuh tawakal dan kesabaran, beliau bersama sang istri yaitu Siti Hajar senantiasa berdo’a agar di karuniakan seorang anak sebagai penerus perjuangan beliau dalam menegakkan agama Alloh swt. Hingga tibalah saatnya do’a beliaupun terjawab. Alloh mengaruniakan seorang anak laki-2 yg cakap parasnya, dan beliau beri nama Ismail. Seiring waktu berlalu, Ismail tumbuh menjadi anak yg tampan, cerdas, sopan dan sholeh akhlaqnya.

Nabi Ibrahim as dan Siti Hajar sangatlah bahagia di kala itu. Hingga tiba saat di mana Alloh swt memberikan ujian bagi beliau. Dalam tiga hari berturut-2 nabi Ibrahim as bermimpi mendapatkan perintah Alloh utk menyembelih putranya yg teramat dikasihi yaitu Ismail. Untuk pertamakalinya nabi Ibrahim as masih merasa ragu akan perintah Alloh tsb. Karena mimpi itu datang tiga kali berturut-2 dgn perintah yg sama, maka yakinlah bahwa hakikatnya mimpi yg beliau alami itu adalah benar-2 perintah dari Alloh swt.Inilah yg perlu kita kaji dgn melibatkan nalar serta mata batin kita di dlm memahami ilmu-ilmu Alloh yg tersurat maupun yg tersirat. Bahwasannya perintah Alloh tsb sangat erat kaitannya dgn perintah khitan tadi. Alloh swt memang memerintahkan nabi Ibrahim as utk ‘menyembelih/memotong’ Ismail putra beliau sendiri, tetapi bukan di potong lehernya.! Melainkan hanya ujung kulit kemaluannya saja, yg kita sebut dgn istilah khitan..!

Dengan tujuan supaya Ismail menjadi golongan hamba Alloh yg suci di hadapan-Nya, seperti yg kita bahas di depan tadi. Dan juga di karenakan Ismail adalah cikal bakal sosok yg akan menurunkan keturunan-2 nabi besar buat umat Islam seperti Nabi kita yaitu Baginda Rosululloh Muhammad SAW. Ini adalah salah satu dari sekian banyak kesalahan yg fatal dlm pemahaman dan juga penyampaian risalah -2 Islam, sejak dulu sampai sekarang.

Lantas bagaimana halnya dgn Ismail yg berubah menjadi seekor domba saat itu?

Alloh swt bukanlah tukang sulap seperti David Copperfield, Chris Angel, ataupun Deddy Corbuzier. Bahkan Alloh sendiri sangat mengharamkan yg namanya sihir maupun sulap. Walaupun dgn segala kekuasaan-Nya Alloh swt sangat mampu merubah Ismail menjadi seekor domba ketika itu, tapi bukan seperti itu kejadiannya. Melainkan setelah nabi Ibrahim menunaikan proses pengkhitanan thd putranya Ismail, Alloh memerintahkan nabi Ibrahim as utk berkurban seekor domba ,yg nanti dagingnya dibagi-2 kan kepada kaum fakir miskin. Ini sebuah perwujudan rasa syukur beliau sekeluarga kpd Alloh swt. Dan disinilah awal mula sejarah terjadinya peringatan hari raya kurban atau hari raya Idul Adha. Dan kebiasaan orang di jaman dulu, mereka selalu melaksanakan hajat khitanan anaknya pada bulan Dzulhijjah atau bulan besar untuk mengenang peristiwa tsb, walaupun sekarang sudah tidak seperti itu lagi.

Mengapa kisah ttg penyembelihan nabi Ismail as yg jelas-2 salah kaprah itu dari dulu masih saja sering diceritakan para da’i ataupun ustadz sampai saat ini ? Jujur saja, saya sendiri terkadang tidak mengerti akan hal tsb. Bisa jadi kyai-nya yg salah menyampaikan, atau bisa juga para santrinya yg salah memahami cerita tsb. Atau juga karena ulama jaman dulu hanya berpatokan pada kitabnya masing-2 dalam memberikan tauziyah, tanpa didasari dgn hakikat ilmu-2 Alloh swt.

wallohua’lam bissowab.

Semoga sedikit tulisan saya ini bisa kita ambil manfaatnya, selalu kita jaga ukhuwah Islamiyah dan kita tempatkan pada porsinya. Bila ada kebenarannya , itu datang dari Alloh swt. Dan bila ada kesalahan disini, saya hanyalah hamba Alloh yg dhoif. Mohon maghfiroh yg sebesa-besarnya.

Wassalam u’allaikum Wr.Wb.


Dikaji oleh:C@k G3mbik (Wong Njadab)